Minggu, 13 Oktober 2019

PENGARUH EXPERIENTIAL MARKETING TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN UNTUK MENDORONG MINAT BELI ULANG PADA RUMAH MAKAN 100 BATU BARA

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di era modern seperti sekarang ini terdapat berbagai jenis bisnis yang digeluti para pelaku bisnis.  Tentu saja hal ini membuat persaingan bisnis akan semakin ketat, terutama untuk jenis bisnis yang sama.  Oleh karena itu, produk bukan lagi menjadi prioritas utama bagi perusahaan melainkan pelanggan atau konsumennya.  Salah satu cara untuk merebut pangsa pasar adalah dengan memperoleh pelanggan sebanyaknya.  Perusahaan akan berhasil memperoleh pelanggan dalam jumlah yang banyak apabila dinilai dapat memberikan kepuasan bagi pelanggan.
Kepuasan konsumen menurut Oliver dalam Farisya (2012: 1) adalah pernyataan emosional yang merupakan respon terhadap produk dan jasa. Sedangkan menurut Hellier (2003) customer satisfaction merupakan tingkat kesenangan atau kepuasan secara keseluruhan yang dirasakan oleh konsumen, hasil dari kemampuan layanan untuk memenuhi keinginan konsumen, harapan, dan kebutuhan dalam kaitannya dengan layanan ini.
Pada tahapan pasca pembelian, konsumen yang puas akan melakukan pembelian ulang dan akan mengatakan hal-hal yang baik mengenai suatu merek tertentu kepada orang lain. Menurut Assael dalam Farisya (2012 : 2), repurchase intention merupakan hasil dari proses evaluasi terhadap suatu produk atau jasa.
Repurchase Intention merupakan salah satu aspek psikologis yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap sikap perilaku dan minat juga merupakan sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang dalam melakukan


apa yang mereka lakukan. Gunarso (2005), mengartikan bahwa minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan dengan sikap. Individu yang berminat terhadap suatu obyek akan mempunyai kekuatan atau dorongan untuk melakukan serangkaian tingkah laku untuk mendekati atau mendapatkan objek tersebut. 
Memuaskan pelanggan dan memperoleh pelanggan yang loyal tidak cukup hanya dengan menciptakan produk dan jasa yang dibutuhkan oleh para konsumen.  Chapman dalam marketingmagazine.co.uk (25 November 2013)  memuat pernyataan Richard Broadbent, Pemimpin Tesco, yang menyatakan bahwa perusahaan yang memelihara hubungan yang baik dengan pelanggan akan menang, bukan melalui produk, tetapi melalui pengalaman terbaik.  Seseorang akan mengingat pengalaman yang dialaminya dan akan menceritakannya pada orang lain.  Inilah yang menyebabkan pengalaman menjadi fokus utama para pengusaha bisnis saat ini. 
Sebuah pengalaman terjadi ketika seorang pelanggan memiliki sensasi atau memperoleh pengetahuan yang dihasilkan dari interaksi dengan berbagai elemen yang diciptakan penyedia layanan. Kesuksesan dari pengalaman tersebut adalah ketika konsumen dapat menemukan keunikan, sesuatu mengesankan dan terus menerus dari waktu ke waktu, sehingga mereka ingin mengulangnya kembali dan mereka secara antusias akan menginformasikan perusahaan atau bisnis itu melalui worth of mouth (Pine & Gilmore, 1999).
Para pelaku pasar semakin menyadari pentingnya untuk memahami bagaimana mendesain komunikasi yang menciptakan dan mempertahankan hubungan emosional dengan pelanggan untuk mencapai keuntungan kompetitif dan meningkatkan kepuasan konsumen.  Salah satu konsep untuk menciptakan kepuasan pelanggan adalah melalui experiential marketing, yaitu  konsep pemasaran di mana perusahaan atau brand dihubungkan dengan sebuah event atau sebuah aktivitas yang dikembangkan oleh pemasaran dengan tujuan menciptakan pengalaman bagi konsumen dan mempromosikan barang atau jasa.     
Experiential marketing adalah wajah baru dari pemasaran yang diperkenalkan oleh Schmitt (1999) dalam bukunya yang berjudul Experiential Marketing : How to Get Customer to Sense, Feel, Think, Act, and Relate to Your Company and Brands.  Schmitt mengajak para pemasar untuk, “Think Outside The Box“, dari yang tadinya terlalu menekankan unsur function dengan menambahkan unsur emosi dalam usaha membujuk konsumennya. Pemasar selama ini selalu memperlakukan konsumen sebagai sosok rasional yang selalu memperhitungkan cost-benefit, padahal sisi emosional konsumen juga berperan dalam mempengaruhi proses pengambilan keputusan. 
Schmitt (1999) menyatakan bahwa : “Strategic experiential modules (SEMs) tercakup dalam lima unsur, yaitu sense (panca indra), feel (perasaan), think (pikiran), act (tindakan), dan relate (kaitan)”.  Manajer atau pengusaha bisnis dapat menciptakan hal-hal tersebut melalui experience providers (exPros), yaitu melalui komunikasi, tampilan produk, lingkungan tempat produk, situs web dan media elektronik, dan juga orang-orang yang berinteraksi kepada para pelanggan.
Jenis usaha bisnis yang berkembang pesat saat ini adalah bisnis kuliner, seperti rumah makan. Makanan adalah kebutuhan pangan dari manusia yang di konsumsi setiap hari. Banyak para pelaku bisnis sukses mengambil bidang kuliner ini. Semakin berkembangnya zaman, para konsumen semakin jeli dalam memilih produk atau jasa yang ingin dikonsumsinya. Sedikit saja para pelaku bisnis mengecewakan konsumen, maka konsumen tersebut tidak akan pernah kembali lagi untuk membeli\ bahkan konsumen akan menyampaikan kekecewaannya kepada teman atau kerabatnya. Hal tersebut tentu saja akan berakibat buruk bagi kelangsungan hidup bisnis kita. Itu lah mengapa kepuasan konsumen sangat harus diperhatikan pemasar.
Penduduk Kabupaten Batu Bara di tahun 2015 telah mencapai 400.803 jiwa (https://batubarakab.bps.go.id/frontend/linkTabelStatis/view/id/275). Hal ini terus berkembang dari tahun-tahun sebelumnya, sehingga menjadikan Kabupaten Batu Bara menjadi pasar yang potensial bagi industri makanan dan minuman.
Rumah Makan 100 yang lebih dikenal sebagai RM 100 adalah rumah makan yang terbesar dan terkenal di Kabupaten Batu Bara Medan. Terletak di dekat sungai dan di pinggir jalan raya lintas Sumatera membuatnya menjadi sangat menarik dan mudah untuk dikunjungi. RM 100 mempunyai lahan yang cukup luas dan dihiasi dengan berbagai macam tanaman-tanaman indah, sehingga pelanggan merasa nyaman untuk bersantap makanan bersama keluarga.
RM 100 selalu mengembangkan rumah makannya menjadi lebih baik secara terus menerus setiap tahunnya untuk memuaskan pelanggannya. Tak heran jika RM 100 selalu menjadi pilihan banyak orang untuk berkumpul bersama keluarga, sahabat, maupun rekan kerja karena tersedia pula tempat meeting . Makanan yang tersedia adalah makanan khas Melayu, di mana penduduk Kabupaten Batu Bara bermayoritas suku Melayu.
Tak hanya masyarakat biasa, para pejabat daerah di Kabupaten Batu Bara selalu memilih RM 100 sebagai tempat makan bersama apabila ada acara. RM 100 juga menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak-anak dikarenakan tersedianya beberapa arena bermain yang cukup lengkap. Begitu pula bagi ibu-ibu akan sangat cocok karena RM 100 juga menyediakan tanaman-tanaman indah beserta perlengkapannya yang dapat dibeli.
RM 100 dapat membaca dengan baik kebutuhan para pelanggannya, dengan tidak hanya memperhatikan produk utamanya, yaitu makanan, tetapi juga memperhatikan sisi lain yang sebenarnya akan sangat mempengaruhi kepuasan para pelanggannya dan mempertahankan pelanggannya. Banyak pengusaha telah mengakui bahwa mempertahankan pelanggan yang sudah ada dan memperluas bisnis dengan mereka secara signifikan lebih murah daripada memperoleh pelanggan baru.
Di bawah ini terdapat hasil data kuesioner pra survey tentang alasan memilih RM 100 berkaitan dengan unsur experiential marketing pada Rumah Makan 100 Batu Bara yang dilakukan pada tanggal 18 Oktober 2016 yang terdiri dari 30 orang pelanggan RM 100.
Tabel.1.1.
Hasil Jawaban Kuesioner Pra Survey
No.
Pertanyaan
Ya
Tidak
Persentase
1
Rasa makanan lebih enak
16
14
53%
2
Pilihan menu yang ditawarkan sesuai keinginan
19
11
63%
4
Desain interior dan eksterior lebih menarik
30
 0
100%
5
Kebersihan tempat terjaga
30
 0
100%
6
Suasana tempat nyaman
30
 0
100%
7
Fasilitas lengkap
21
9
70%
8
Ada nilai prestige
27
3
90%
9
Berkesan
19
11
63%
10
Selalu menjadi restoran pilihan ketika ingin makan bersama keluarga atau rekan kerja
13
17
43%
11
Sikap pegawai ramah
27
3
90%
Sumber : Hasil Olah Data Pra Survey 2016

Dari hasil olah data di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan experiential marketing pada Rumah Makan 100 sudah cukup mampu menimbulkan kepuasan konsumen, di mana sebanyak 53% dari 30 orang memilih RM 100 dengan alasan rasa makanan yang lebih enak dan sebanyak 63 % memiliki kesan positif. Namun, meskipun begitu hasil pra survei menunjukkan bahwa masih adanya kecenderungan konsumen untuk berpindah ke restoran yang lain, di mana terdapat 17 orang dari 30 responden (56,7%) yang berpendapat bahwa Rumah Makan 100 tidak selalu menjadi restoran pilihan mereka ketika ingin makan bersama keluarga dan rekan kerja. Hal ini berarti pelanggan masih mudah untuk berpindah meskipun sudah merasa puas dengan Rumah Makan 100.
Pelanggan yang merasa puas saja belum menjamin pelanggan akan loyal, seperti dilaporkan Harvard Business Schooll Review, tiap tahun 15% – 40% dari pelanggan yang semula puas kemudian beralih ke pesaing. Dengan kata lain, kepuasan tidak lantas berarti loyalitas.
Jumlah rumah makan di Kabupaten Batu Bara dari tahun ke tahun semakin bertambah. Hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 1.2 di bawah ini :
Tabel 1.2. Jumlah Hotel  Restoran, dan Rumah Makan di Kabupaten Batu Bara, 2010-2015
Tahun
Hotel
Restoran
Rumah Makan
2010
4
Ts
Ts
2011
5
Ts
Ts
2012
6
Ts
Ts
2013
6
Ts
Ts
2014
6
4
27
2015
6
5
29
Sumber : Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Batu Bara (2016)
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat pada tahun 2010-2013 data rumah makan dan restoran masih tidak terdata dengan baik, namun pada tahun 2014 dan 2015 rumah makan di Kabupaten Batu Bara terdata masing-masing sebanyak 27 dan 29 dan restoran sebanyak 4 dan 5. Hal ini membuktikan bahwa adanya peningkatan jumlah restoran dan rumah makan di Kabupaten Batu Bara sehingga tingkat persaingan industri rumah makan semakin ketat.
Oleh karena itu, industri rumah makan di Kabupaten Batu Bara harus terus bersaing membuat melakukan strategi-strategi pemasaran yang baik untuk mendapatkan pelanggan sebanyak-banyaknya. Beberapa rumah makan yang sekarang diminati masyarakat Kabupaten Batu Bara yang dapat menjadi saingan RM 100 sebagai berikut :
1.      Rumah Makan Sempurna, terletak di Jl. Lintas Sumatera KM. 99, Sei Suka
2.      Buffet Mangga, terletak di Jl. Lintas Sumatera KM. 98, Sei Suka
3.      RM Kuala Tanjung, terletak di Jl. Lintas Sumatera KM. 101, Air Putih
4.      Restoran Apung, terletak di Desa Kuala Indah, Kuala Tanjung

Berdasarkan fenomena di atas menunjukkan bahwa experiential marketing yang dilakukan Rumah Makan 100 masih menimbulkan kecenderungan konsumen untuk berpindah restoran yang artinya minat beli ulang pelanggan masih rendah. Tak hanya itu, ketatnya persaingan industri rumah makan di Kabupaten Batu Bara menjadi tantangan yang besar bagi RM 100 untuk dapat mempertahankan kelangsungan bisnisnya.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas maka peneliti tertarik untuk membahas lebih lanjut mengenai pengaruh experiential marketing dalam tesis yang berjudul : “Pengaruh Experiential Marketing Terhadap Kepuasan Pelanggan untuk Mendorong Minat Beli Ulang pada Rumah Makan 100 Batu Bara”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pokok masalah yang akan dicari pemecahannya melalui penelitian ini adalah masih rendahnya minat beli ulang Rumah Makan 100 Batu Bara. Sehubungan dengan masalah tersebut, maka beberapa pertanyaan yang perlu dijawab adalah :

1.    Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan rendahnya minat beli ulang pelanggan Rumah Makan 100 Batu Bara ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:

2.      Menemukan alternatif strategi dan kebijakan bagi Rumah Makan 100 Batu Bara untuk meningkatkan minat beli ulang pelanggan terkait dengan experiential marketing.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau masukan sebagai berikut :


1.    Bagi Rumah Makan 100
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dalam membuat strategi pemasaran, sebagai referensi akan pentingnya meningkatkan experiential marketing demi terciptanya kepuasan pelanggan yang akan berdampak pada minat beli ulang konsumen, dan kemudian dapat melakukan inovasi untuk meningkatkan kepuasan pelanggannya.
2.      Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi alat untuk mempraktekkan teori-teori yang telah diperoleh selama di perkuliahan sehingga penulis dapat menambah pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman mengenai pengaruh experiential marketing dan kepuasan pelanggan guna mendorong minat beli konsumen untuk diterapkan pada masa yang akan datang.
3.      Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuktikan bahwa Universitas Sumatera Utara merupakan tempat belajar yang berkompeten yang dapat memberikan pembelajaran bagi penulis untuk mempraktekkannya dalam kehidupan nyata.
4.      Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu ekonomi bidang pemasaran sebagai sumber referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian selanjutnya mengenai permasalahan ini.



1.5.Asumsi - asumsi
Untuk lebih menyederhanakan dan mengurangi kompleksitas masalah, maka diambil asumsi-asumsi penelitian. Asumsi yang diambil dalam penelitian ini adalah :
1.      Makanan pada Rumah Makan 100 terbatas pada makanan yang sekarang.
2.      Culture Rumah Makan 100 tidak berubah.
3.      Terciptanya kepuasan pelanggan belum menjamin kelangsungan hidup perusahaan, karena konsumen yang puas belum berarti loyal atau melakukan pembelian ulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar