BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Transportasi laut berperan penting dalam perdagangan dunia dimana alat transportasi merupakan yang paling efisien dibanding menggunakan
transportasi lainnya. Dalam
perkembangan
transportasi
laut, saat
ini industri
kepelabuhanan
mengarah
kepada
system
kontainerisasi yang
berkembang pesat dikarenakan sistem kontainerisasi
lebih
efisien.
Berdasarkan forecast supply and demand in the
Global Container Port Market, 2015-2020 (Juta TEUs). Dapat dilihat rata-rata peningkatan
pasar peti kemas dunia pada Tabel 1.1 :
Tabel 1.1 Foscast
Supply and Demand
In The Global Container Port Market,
2015-2020
Uraian
|
2015
|
2016
|
2017
|
2018
|
2019
|
2020
|
Rata-Rata Peningkatan
|
Throughput (TEUs)
|
685,1
|
697,6
|
714,7
|
736,2
|
759,7
|
782,8
|
2,7%
|
Kapasitas
|
1.014,8
|
1.057,2
|
1.093
|
1.122,9
|
1152,9
|
1172,1
|
2,9%
|
Utilisasi
|
67,5%
|
66%
|
65,4%
|
65,6%
|
65,9%
|
66,8%
|
66,1 %
|
Sumber : Drewry Maritime Research, 2016
Data pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa
throughput (jumlah peti kemas di dunia dengan satuan TEUs/Twenty-foot Equivalent Units) mengalami peningkatan setiap tahun
dengan rata 2,7% dengan peningkatan kapasitas terminal 2,9% dengan rata-rata
utilisasi 66,1%. Kontribusi perdagangan
dunia saat ini didominasi
oleh Asia khususnya Asia Tenggara dan China, dimana perdagangan Inter-Regional mencapai 41% dari total
perdagangan Dunia. Adanya peningkatan peti kemas yang di dominasi oleh Asia
Tenggara tersebut merupakan peluang untuk meningkatkan market share terminal petikemas di Indonesia.
Saat ini Indonesia
memiliki 2.155 pelabuhan dan terminal yang tersebar di seluruh Indonesia, yang
terdiri dari 1.241 pelabuhan umum (komersial dan non komersial) dan 914
terminal khusus untuk melayani kebutuhan dan kegiatan pertambangan, minyak dan
gas, perkebunan, perikanan, bahan kimia dan sebagainya. Dari 1.241 pelabuhan
umum 114 pelabuhan dikelola oleh BUMN kepelabuhanan, sedangkan sebagaian besar
dikelola oleh Kementerian Perhubungan melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT)
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.
Sebelum keluar
Undang-undang No.17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pelindo masih merupakan
satu-satunya operator terminal jasa kepelabuhanan dan usaha-usaha pelabuhan
lainnya. Saat ini, baik pemerintah maupun swasta terbuka peluang untuk
melakukan kegiatan usaha yang selama ini
dilakukan oleh Pelindo, hal ini akan membuat persaingan ke depan akan
semakin tinggi. Selain disebabkan oleh adanya pendatang baru, tingkat
persaingan juga dipengaruhi oleh global
terminal operator dibeberapa wilayah
seperti Hutchinson (JICT Jakarta) dan DP World (TPS Surabaya). Sejalan
berkembangnya industri crude palm oil
(CPO) di Indonesia, membuka peluang kepada kelompok industri CPO untuk membuat
operator pelabuhan/terminal industri khusus sendiri. Memperhatikan kondisi
tersebut, Belawan International Container Terminal (BICT) sebagai operator
terminal peti kemas yang dikelola Pelindo I terus melakukan upaya perbaikan
secara berkesinambungan dalam meningkatkan kinerja operasional untuk kelancaran
arus bongkar muat barang.
Haid & Sims (2009)
mengatakan bahwa perkembangan situasi ekonomi yang cenderung fluktuatif
menunjukkan bagaimana cara bisnis beraksi dan secara tidak langsung memprediksi
keberhasilan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan perusahaan. Berkaitan
dengan kelangsungan bisnis, loyalitas pelanggan memiliki peran penting dalam sebuah
perusahaan, mempertahankan pelanggan berarti meningkatkan kinerja keuangan dan
mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini menjadi alasan utama bagi
sebuah perusahaan untuk menarik dan mempertahankan pelanggan. Loyalitas adalah
keinginan pelanggan untuk terus berlangganan pada perusahaan dalam jangka waktu
yang panjang, dan merekomendasikan produk atau jasa tersebut kepada teman dan
kolega (Lovelock & Wirtz, 2011).
Berikut
data pelanggan BICT baik pelanggan ekspor dan impor yang terdiri dari
perusahaan pelayaran, forwarder dan Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL) pada Tabel 1.2 :
Tabel 1.2 Data Pelanggan
Perusahaan
|
2014
|
2015
|
2016
|
Pelayaran
|
9
|
7
|
10
|
Forwarder
|
8
|
8
|
10
|
EMKL
|
40
|
37
|
43
|
Jumlah
|
57
|
52
|
63
|
Sumber
: BICT, 2017
Berdasarkan
data pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa jumlah pelanggan mengalami fluktuasi, hal
ini menunjukkan loyalitas pelanggan BICT cukup besar yang ditunjukkan dengan
cara menggunakan jasa kembali secara berulang.
Loyalitas
pelanggan dapat membuktikan tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk atau
jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Kepuasan pelanggan adalah tingkat
perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan
dibandingkan dengan harapannya (Kotler dan Keller, 2012). Kepuasan pelanggan
sebagai evaluasi purnabeli, dimana persepsi terhadap kinerja produk atau jasa
yang dipilih memenuhi atau melebihi harapan sebelum pembelian. Apabila persepsi
terhadap kinerja memenuhi harapan, maka kepuasan pelanggan akan terbentuk. Tetapi
apabila persepsi terhadap kinerja tidak bisa memenuhi harapan, maka yang
terjadi adalah ketidakpuasan yang berdampak pada beralihnya pelanggan ke
perusahaan lain. Sehingga Kepuasan pelanggan menjadi faktor penting dalam
terciptanya suatu loyalitas. Penting bagi perusahaan untuk menciptakan kepuasan
pelanggan sebagai langkah awal untuk mempertahankan pelanggan dan memenangkan
persaingan.
Kumar
(2009)
menyatakan bahwa kualitas layanan yang tinggi akan menghasilkan kepuasan
pelanggan yang tinggi dan meningkatkan loyalitas pelanggan. Apabila kualitas
layanan yang diberikan perusahaan dapat memuaskan pelanggan, maka dengan
sendirinya pelanggan akan loyal dengan perusahaan. Penelitian yang dilakukan
Caruana dalam Mosahab (2010) menyimpulkan bahwa kepuasan pelanggan memainkan
peran mediator dalam pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas. Jadi,
kualitas layanan mempengaruhi loyalitas melalui kepuasan pelanggan. Selain itu,
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan merupakan pintu
gerbang penting untuk kepuasan pelanggan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Bloemer et al. (2010) menunjukkan temuan kualitas layanan
mempengaruhi loyalitas, baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui
kepuasan).
Menurut
Parasuraman dalam Lupioyadi (2013:216) terdapat 5 dimensi Kualitas Pelayanan
yang terdiri dari Berwujud (tangibles), Keandalan (reliability), Ketanggapan
(responsiveness), Jaminan (assurance), Empati (empathy).
Berwujud
(tangibles), yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya
pada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik
perusahaan yang dapat diandalkan keadaan lingkungan sekitarnya merupakan bukti
nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Hal ini meliputi
fasilitas fisik (gedung, gudang, fasilitas fisik, dan lainnya), teknologi
(peralatan dan perlengkapan yang dipergunakan), serta penampilan pegawainya.
Keandalan
(reliability), yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan
sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus
sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang
sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan
akurasi yang tinggi.
Ketanggapan
(responsiveness), yaitu suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan
pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian
informasi yang jelas. Membiarkan pelanggan menunggu menciptakan persepsi yang
negatif dalam kualitas pelayanan.
Jaminan
(assurance), yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para
pegawai untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. Hal
ini meliputi beberapa komponen antara lain : komunikasi (communication),
kredibilitas (credibility), keamanan (security), kompetensi (competence),
dan sopan santun (courtesy).
Empati
(empathy), yaitu memberikan perhatian yang tulus, dan bersifat
individual atau pribadi kepada para pelanggan dengan berupaya memahami
keinginan mereka. Suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan
pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik,
serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.
Dari
data yang diperoleh, tingkat pelayanan di BICT semakin mempelihatkan perbaikan.
Hal ini dapat dilihat dari peningkatan produktivitas bongkar muat serta Turn Round Time (TRT) atau lamanya kapal
di pelabuhan. Salah satu item pelayanan yang kerap dikeluhkan pengguna jasa
selama ini adalah
TRT atau lama
kapal di pelabuhan akibat lambatnya
proses bongkar muat (responsiveness).
Pada Tahun 2014,
TRT di terminal peti kemas BICT
rata-rata 44,16 jam per kapal atau 1,84 hari per kapal, namun pada Tahun 2015
semakin cepat yakni menjadi rata-rata 41,34 jam per kapal atau 1,72 hari.
Peningkatan juga terjadi pada produktivitas bongkar muat. Pada tahun 2014,
produktivitas bongkar muat tercatat rata-rata 24,12 box per crane per jam,
namun pada Tahun 2015, produktivitas bongkar muat naik menjadi 24,72 box per
crane per jam.
Di
sisi pelayanan bongkar muat barang, BICT telah melakukan upaya perbaikan sarana
dan prasarana terminal yaitu pre-gate (penertiban keluar masuk truk dari
terminal), lapangan penumpukan petikemas (container
yard), marka jalan dan rambu-rambu untuk penataan traffic flow di lapangan,
kehandalan alat, dan Terminal Operation System. Selain itu, BICT juga melakukan
peningkatan kemampuan dan keahlian pegawai melalui pendidikan dan pelatihan. Peningkatan
dan perbaikan yang dilakukan BICT belum dapat sepenuhnya memenuhi harapan
pelanggan.
Berikut
ini merupakan jumlah kegiatan bongkar muat di BICT yang dapat dilihat pada
Tabel 1.3 :
Tabel 1.3 Bongkar Muat
Peti Kemas
Di Belawan
International Container Terminal
Tahun
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
2016
|
|
Satuan
|
TEUs
|
406.185
|
421.733
|
449.536
|
435.539
|
474.996
|
Sumber: BICT, 2017
Pada Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa kegiatan
bongkar muat menunjukkan pola distribusi barang cenderung meningkat
untuk menggunakan layanan jasa container,
dimana terjadi peningkatan arus bongkar
muat peti kemas di BICT. Kondisi tersebut mengakibatkan terhambatnya aktivitas
bongkar muat dimana pada jam tertentu pada saat kegiatan bongkar muat dari
kapal ke lapangan penumpukan (stevedoring)
bersamaan dengan kegiatan penerimaan barang dari luar lapangan penumpukan (receiving) dan kegiatan pengiriman dari
lapangan penumpukan ke lokasi yang dituju (delivery).
Berikut
ini merupakan kondisi eksisting peralatan bongkar muat di BICT yang dapat
dilihat pada Tabel 1.4 :
Tabel 1.4 Peralatan
Di Belawan International Container Terminal
No
|
Peralatan
|
Unit
|
Kapasitas
|
Tahun
Pembuatan
|
Kondisi
|
1.
|
Container Crane
|
7
|
40 Ton
|
2 unit (1987)
|
1 Unit Kerusakan Struktur
|
2.
|
Transtainer / RTG
|
17
|
40 Ton
|
6 unit (1992)
|
3 Unit RusakBerat, 2 Unit Tidak Operasi, dan 3 Unit dalam Perbaikan
|
3.
|
Reach Stacker
|
2
|
40 Ton
|
2007
|
Siap
Operasi
|
4.
|
Side Loader
|
1
|
7,5 Ton
|
2007
|
Siap
Operasi
|
5.
|
Forklift
|
1
|
3 Ton
|
2016
|
Siap
Operasi
|
6.
|
Head Truck
|
35
|
40 Ton
|
2006
|
10 Unit (Rusak)
|
Sumber: BICT, 2017
Pada Tabel 1.4 dapat
dilihat bahwa kondisi peralatan bongkar muat di BICT sering mengalami kerusakan, sehingga
mengakibatkan terhambatnya proses bongkar muat yang dapat menurunkan kinerja
pelayanan. Masalah-masalah
dalam
kualitas
pelayanan
tentu
akan
mempengaruhi
tingkat
kepuasan
pelanggan, pelayanan yang buruk
pasti
menimbulkan rasa kecewa
pelanggan. Kekecewaan cenderung menimbulkan rasa tidak
puas
dan
hal
ini
dapat
mempengaruhi
loyalitas
pelanggan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka
penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kualitas
Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan dan Dampaknya Terhadap Loyalitas Pelanggan
di Belawan International Container Terminal”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan permasalah penelitian sebagai
berikut:
1.
Apakah reliability berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan
pelanggan di Belawan International Container Terminal?
2.
Apakah responsiveness berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan
pelanggan di Belawan International Container Terminal?
3.
Apakah assurance berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan
pelanggan di Belawan International Container Terminal?
4.
Apakah empathy berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan
pelanggan di Belawan International Container Terminal?
5.
Apakah tangible berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan
pelanggan di Belawan International Container Terminal?
6.
Apakah reliability, assurance, tangible, empathy, dan responsiveness secara
simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan di Belawan International Container Terminal?
7.
Apakah kepuasan pelanggan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap loyalitas pelanggan
di Belawan International Container Terminal?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian
ini adalah :
1.
Untuk
mengetahui dan menganalisis pengaruh reliability
terhadap kepuasan pelanggan di Belawan International Container Terminal.
2.
Untuk
mengetahui dan menganalisis pengaruh assurance terhadap kepuasan pelanggan di Belawan
International Container Terminal.
3.
Untuk
mengetahui dan menganalisis pengaruh tangible
terhadap kepuasan pelanggan di Belawan International Container Terminal.
4.
Untuk
mengetahui dan menganalisis pengaruh empathy
terhadap kepuasan pelanggan di Belawan International Container Terminal.
5.
Untuk
mengetahui dan menganalisis pengaruh responsiveness
terhadap kepuasan pelanggan di Belawan International Container Terminal.
6.
Untuk
mengetahui dan menganalisis pengaruh reliability,
assurance, tangible, empathy, dan responsiveness secara
simultan terhadap kepuasan pelanggan di Belawan International Container Terminal.
7.
Untuk
mengetahui dan menganalisis pengaruh kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan di Belawan
International Container Terminal.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat-manfaat
antara lain:
1. Sebagai sumbangan ilmiah
yang diharapkan bermanfaat bagi PT Pelabuhan Indonesia I
(Persero) khususnya Belawan International Container Terminal mengenai pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan dan loyalitas
pelanggan.
2. Sebagai tambahan khasanah penelitian
ilmiah bagi Magister Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3.
Sebagai referensi bagi penelitian
selanjutnya yang ingin mengkaji permasalahan yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar